RESENSI BUKU ILMU PENGANTAR ANTROPOLOGI oleh Koentjaraningrat
Bab 1Asas-asas dan Ruang Lingkup Ilmu Antropologi
A. Fase-fase Perkembangan Ilmu Antropologi
1. Fase Pertama (Sebelum 1800)Kedatangan bangsa Eropa Barat ke Benua Afrika, Asia, Oseania dan Amerika selama 4 abad
(abad ke 15-permulaan abad 16) membawa pengaruh dari ketiga suku bangsa tersebut. Diawali dengan penemuan etnografi yang menjadi buah tangan para musafir, pelaut, pendeta, penerjemah, dan pegawai pemerintah. Berupa deskripsi mengenai adat-istiadat, susunan masyarakat, dan ciri-ciri fisik ketiga suku bangsa tersebut. Akan tetapi, deskripsi tersebut sering kali tidak jelas/kabur, tidak teliti dan hanya memperlihatkan hal-hal yang tampak aneh bagi mereka. Kemudian dikembangkan lagi oleh kalangan terpelajar di Eropa Barat muncul tiga macam sikap yang bertentangan terhadap 4 suku bangsa diatas, yaitu:
Ada yang berpandangan bahwa bangsa-bangsa itu bukan manusia melainkan manusia liar, keturunan iblis, dan sebagainya. Ini disebut juga savages, primitives.
Ada yang berpandangan bahwa masyarakat bangsa-bangsa itu adalah masyarakat yang masih murni, belum mengenal kejahatan dan keburukan.
Ada yang hanya tertarik dengan adat-istiadat yang aneh, dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari keempat suku bangsa diatas (Afrika, Asia, Oseania, Amerika).
2. Fase Kedua (Pertengahan Abad ke-19)
Pada abad ini, karangan-karangan etnografi tersebut tersusun berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Cara berpikir tersebut dapat dirumuskan secara singkat sebagai berikut: Masyarakat dan kebudayaannya berevolusi dengan sangat lambat, dari tingkat yang rendah melalui beberapa tingkat antara, sampai ke tingkat tertinggi. Bentuk masyarakat tingkat tertinggi kala itu adalah Eropa Barat dan bentuk masyarakat tingkat rendah adalah bentuk masyarakat diluar Eropa Barat (disebut primitive). Dengan timbulnya karangan sekitar tahun 1860, yang mengklarifikasi bahan tentang bahan beragam kebudayaan berdasarkan tingkatan evolusi tertentu, maka timbullah ilmu antropologi. Dengan demikian dapat disimpulkan pada fase kedua ini bahwa ilmu antropologi adalah ilmu yang akademial;
dengan tujuan :
mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga (Permulaan Abad ke-20)
Pada permulaan abad ke-20, Slmu antropologi sebagai ilmu yang justru mempelajari bangsa-bangsa di daerah-daerah luar Eropa menjadi sangat penting, karena bangsa-bangsa itu pada umumnya masih memounyai masyarakat yang belum kompleks seperti masyarakat Eropa. Dalam fase ketiga ini ilmu antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, dan tujuannya dapat dirumuskan sebagai berikut : mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintahan kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
4. Fase Keempat (Sesudah 1930)
Pokok atau sasaran dari penelitian para ahli antropologi sidah sejak tahun 1930, sudah beralih kepada manusia di daerah pedesaan pada umumnya, ditinjau dari sudut keragaman fisik, masyarakat, serta kebudayaannya. Dalam hal itu, perhatian tidak hanya tertuju pada penduduk pedesaan di luar benua Eropa tetapi juga kepada suku-suku pedesaan di Eropa dan beberapa penduduk kota kecil di Amerika Serikat. Tujuan ilmu antropologi pada fase keempat ini terbagi menjadi 2, yaitu tujuan akademial dan tujuan praktisnya. Tujuan akademis adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari keragaman bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya. Tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
B. Antropologi Masa Kini
1. Perbedaan-perbedaan di Berbagai Pusat Ilmiah
Aliran-aliran dalam antropologi dapat digolongkan berdasarkan atas berbagai universitas di berbegai negara yaitu terutama di Amerika Serikat, Inggris, Eropa Tengah, Eropa Utara, Uni Soviet, dan negara-negara yang sedang berkembang.Di Amerika Serikat, membahas konsepsi mengenai luas dari batas-batas lapangan penelitian antropologi dan seluruh integrasi luas dari metode-metode antropologi. Artinya, universitas di Amerika Serikat adalah tempat ilmu antropologi dalam fase keempat itu telah berkembang seluas-luasnya.
Di Inggris dan Australia, fase perkembangannya yang ketida masih dilakukan. Para sarjana antopologi Australia mempelajari suku-suku bangsa asli di Papua Nugini dan Kepulauan Melanesia untuk keperluan pemerintah-pemerintah jajahannya, sedangakn para sarjana antropologi di Inggris memperhatikan berbagai masalah yang lebih luas mengenai dasar-dasar masyarakat dan kebudayaan manusia pada umumnya.
Di Eropa Tengah seperti Jerman, Austria, dan Swiss hingga awal tahun 1970-an masih bertujuan mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa untuk memahami tentang sejarah penyebaran kebudayaan seluruh umat manusia. Jadi sifat antropologinya berada fase kedua.
Di Eropa Utara seperti Skandinavia, keistimewaan mereka terletak dalam hasil-hasil penelitian tentang kebudayaan suku bangsa Eskimo. Di samping itu, para sarjana antropologi dari Skandinavia mempergunakan banyak metode antropologi yang telah dikembangkan di Amerika Serikat.
Di Uni Soviet, ilmu antropologi berdasar pada kosenl Karl Marx dan Friedrich Engels mengenai tingkat-tingkat evolusi masyarakat. Ilmu itu hanya dianggap sebagian dari ilmu sejarah yang mengkhususkan pada asal mula, evolusi dan penyebaran kebudayaan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Dengan demikian ilmu antropologi dipergunakan sebagai alat untuk mengembangkan saling pengertian antara suku bangsa. Mereka juga menyusun buku-buku ikhtisar yang besar tentang kebudayaan suku bangsa di benua-benua lain di muka bumi yang diberi judul Narody Mira (bangsa-bangsa di dunia).
Di India, ilmu mendapat suatu fungsi yang sangat praktis dalam hal mencapai pengertian keragaman kehidupan masyarakat di India dan guna kepentingan-kepentingan yang praktis dalam hubungan antara golongan-golongan penduduk.
Di Indonesia, ilmu antropologi di Indonesia masih baru mulai dikembangkan dan masih dapat memilih atau mencocokkan dasar ilmu antropologi dari seluruh dunia. Dapat mencontoh dari Uni Soviet, penggunaan antropologi sebagai suatu ilmu praktis untuk mengumpulkan data tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan dari berbagai suku yang berbeda. Dapat kita contoh dari Meksiko, antropologi sebagai suatu ilmu praktis untuk mengumpulakan data tentang kebudayaan-kebudayaan daerah dan masyarakat pedesaan, dan masih banyak ilmu antropologi lain yang dapat kita contoh dari berbagi negara.
2. Perbedaan-perbedaan Istilah
Diterangkan dimanakah istilah-istilah tersebut lazim digunakan dan apakah arti istilah-istilah.Ethnography berarti “pelukisan tentang bangsa-bangsa” dipakai umumnya di Eropa Barat untuk menyebut bahan keterangan yang termasuk dalam karangan-karangan tentang masyarakat dan kebudayaan suku bangsa diluar Eropa, serta segala metode untuk mengumpulkan bahan itu.
Ethnology berarti “ilmu bangsa-bangsa” dipakai di Amerika dan Inggris untuk menyebut suatu bagian dari antropologi yang khusus mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah yang perkembangan manusia.
Volkerkunde (Volkenkunde) berarti “ilmu bangsa-bangsa” dipergunakan di Eropa Tengah sampai sekarang.
Kulturkunde berarti “ilmu kebudayaan” dipakai oleh sarjana antropologi dari Jerman, L. Frobenius, dalam arti yang sama dengan ethnology di Amerika. Pernah digunakan juga oleh guru besar Universitas Indonesia, G.J Held yang disebut “ilmu kebudayaan”.
Anthropology berarti “ilmu tentang manusia”, mulai dipakai yaitu di Inggris dan Amerika. Di Amerika dipakai dalam arti yang sangat luas, karena meliputi baik bagian-bagian isik maupun sosial dari “ilmu tentang manusia”.
Cultural anthtopology dipakai di Amerika untuk menyebut bagian dari ilmu antropologi yang tidak mempelajari manusia dari sudut fisiknya. Sekarang digunakan oleh G.J Held sebagai “antropologi budaya”. Istilah social anthropology dipakai di Inggris untuk menyebut antropologi dari fase-fase sebelumnya.
C. Ilmu-ilmu Bagian dari Antropologi
1. Lima ilmu Bagian dari Antropologi
Paleo-antropologi adalah ilmu yang meneliti asal-usul atau terjadinya dan evolusi manusia dengan mempergunakan fosil-fosil manusia dengan berbagai metode penggalian.Antropologi fisik adalah bagian dari ilmu antropologi yang mencoba mencapai suatu pengertian tentang sejarah terjadinya beragam manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya. Bahan penelitiannya adalah ciri-ciri tubuh, baik yang lahir maupun yang dalam. Contoh penelitiannya mengenai penggolongan ras berdasarkan warna kulit tubuh.
Etnolinguistik atau antropologi linguistik adalah bagian dari ilmu antropologi yang mempelajari tentang bahasa dari berbagai suku bangsa. Penelitiannya dapat berupa daftar kata-kata, pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dan beratus-ratus bahasa suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia. Dari bahan ini telalh berkembang macam matode analisis kebudayaan, serta berbagai metode untuk menganalisis dan mencatat bahasa-bahasa yang tidak mengenal tulisan.
Prehistori, mempelajari sejarah perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan manusia diseluruh dunia sebelum manusia mengenal tulisan. Penelitian ilmu prehistori adalah bekas-bekas kebudayaan yang berupa benda-benda dan alat-alat, atau artefak-artefak yang tersimpan dalam lapisan-lapisan bumi. Subilmu prehistori adalah ilmu arkeologi.
Etnologi, ilmu yang mencoba mencapai pengertian mengenai asas-asas manusia, dengan mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa di dunia. Akhir-akhir ini telah berkembang dua golongan/aliran. Golongan yang satu menekan pada bidang diakronis (descriptive integration), sedangan golongan yang lainmenekan pada bidang sinkronis dari kebudayaan manusia (generalizing approach).
Descriptive integration dalam etnologi mengolah dan mengintegrasikan menjadi satu hasil penelitian dari sub-sub ilmu antropologi fisik, etnolinguistik, ilmu prehistori, dan etnografi. Penelitiannya mengolah berdasar bahan etnografi; sedangkan bahan seperti fosil (paleoantropologi), ciri ras (somatologi), artefak-artefak (prehistori), bahasa lokal (etnolinguistik), diolah menjadi sati dan diintegrasikan menjadi satu dengan bahan etnografi lainnya.
Generalizing approach (antropologi sosial), mempelajari asas-asas persamaan beragam masyarakat dari kelompok-kelompok manusia diseluruh dunia. Dicapai dengan metode-metode menggunakan dua golongan. Golongan pertama, menuju kearah penelitian mendalam dan bulat dari sejumlah masyarakat dan kebudayaan yang terbatas. Golongan kedua, menuju kearah perbandingan merata sejumlah unsur terbatas dalam sebanyak mungkin jumlah masyarakat. Dalam metode ini pengertian tentang asas-asas masyarakat dan kebudayaan manusia dicapai melalui sifat keragaman atai diversitasnya.
Ethnopsychology (entnopsikologi). Penelitian-penelitian antropologi yang dalam analisisnya menggunakan banyak konsep psikologi ini berkembang di Amerika Serikat dan Inggris. Penelitian-penelitian seperti itu dimulai karena timbulmya perhatian terhadap tiga macam masalah, yaitu :
(1) kepribadian bangsa, (2) peranan individu dalam proses perubahan adat-istiadat; dan (3) masalah nilai universal dari konsep-konsep psikologi.
2. Spesialisasi Antropologi
Seorang ahli antropologi Inggris bernama Raymon W. Firth telah menimbulkan spesialisasi antropologi yang pertama, yaitu antropologi ekonomi (economic anthropology). Spesialisasi yang lain baru berkembang dengan pesat setelah Perang Dunia II, dalam hubungan dengan masalah pembangunan di negara-negara berkembang. Dengan demikian, banyak penelitian terhadap masalah penghimpunan modal lokal, tenaga kerja pribumi, sistem-sistem produksi dan pemasaran lokal dan sebagainya, makin mendorong perkembangan subilmu antropologi ekonomi.Antropologi pembangunan (development anthropology) menggunakan metode-metode, konsep dan teori antropologi untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan masyarakat desa, masalah sikap petani terhadap teknologi baru dan sebagainya.
Antropologi pendidikan (educational anthropology), meneliti masalah pendidikan, yang di banyak negara berkembang mengalami perkembangan dan kadang-kadang peledakan yang hebat.
Antropologi kesehatan (medical anthropology), meneliti atau memberi data mengenai masalah konsepso dan sikap penduduk desa tentang kesehatan, sakit, terhadap dukun, obat-obatan tradisional, tentang kebiasaan-kebiasaan dan pantangan-pantangan makan dan sebagainya.
Antropologi penduduk (population anthropology), meneliti dan memecahkan masalah keluarga berencana.
Antropologi politik (political anthropology), meneliti kejadian-kejadian dan gejala politik serta persaingan, dan kerjasama antara kekuatan dan partai-partai politik di negara-negara yang sedang berkembang, tanpa memperhatikan latar-belakang kebudayaan, sistem nilai dan norma, dan manusia-manusia yang menjalankannya.
Antropologi psikiatri (anthropology in menthal health), penelitian-penelitian mengenai masalah latar-belakang sosial budaya dan penyakir-penyakit jiwa kemudian timbul persoalan mengenai aspek-aspek sosial budaya yang dapat melatar-belakangi rasa tertekan dan mengenai itu para ahli antropologi yang banyak mengetahui masalah psikologi dan dapat membantu para pskiater.
D. Hubungan antara Antropologi Sosial dan Sosiologi
1. Persamaan dan Perbedaan antara Kedua Ilmu
Persamaan antara kedua ilmu tersebut terletak pada tujuannya yaitu, untuk mencapai pengertian tentang asas-asas hidup masyarakat dan kebudayaan manusia pada umumnya. Tetapi walaupun memiliki persamaan pada tujuannya, namun tampak beberapa perbedaan, yaitu :1) Asal mula dan sejarah yang berbeda;
2) Perbedaan pengkhususan pada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu;
3) Menyebabkan berkembangnya beberapa metode dan masalah yang khusus dari kedua ilmu masing-masing.
2. Sejarah Perkembangan Sosiologi
Mulanya merupakan bagian dari ilmu filsafat yang disebut sebagai filsafat sosial. Sejak abad ke-19, teori-teori dan konsep filsafat sosial itu telah berubah, sejajar dengan perubahan aliran filsafat dan cara berpikir orang Eropa Barat. Kemudian menjadi seuatu ilmu khusus karena bangsa Eropa memerlukan suatu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai asas-asas masyarakat dan kebudayaan sendiri akibat krisis yang melanda. Pada fase kedua, sarjana ilmu filsafat yaitu H. de Saint-Simon (1760-1852) dan Auguste Comte (1789-1857) mengumumkan teori tentang masyarakat atau sosiologi menyadarkan bahwa ada suatu ilmu sosiologi tersendiri.3. Pokok Ilmiah dari Antropologi Sosial dan Sosiologi
Ilmu antropologi telah mencatat bahwa objek-objek penelitiannya masih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan suku bangsa yang hidup di luar lingkungan kebudayaan-kebudayaan Eropa dan Amerika modern. Sebaliknya, imu sosiologi mencatat bahwa objek-objek penelitiannya tertuju pada msyarakat dan kebudayaan bangsa yang hidup dalam lingkungan kebudayaan Eropa dan Amerika.Ilmu antropologi-sosial lebih menekannya objek penelitian pada msayarakat pedesaan, sedangkan ilmu sosiologi menekannya objek penelitiannya pada masyarakat perkotaan.
Kesimpulannya, perbadaan antara antropologi dan sosiologi tidak dapat ditentykan oleh perbedaan antara masyarakat suku bangsa diluar lingkungan Eropa-Amerika dengan masyarakat bangsa Eropa-Amerika. Perbedaan nyata yaitu, kedua ilmu tersebut memakai metde ilmiah yang berbeda.
4. Metode Ilmiah dari Antropologi Sosial dan Sosiologi
Ahli antropologi sosial akan mencoba meneliti misalnya aktivitas kehidupan keagamaan atau aktivitas kekeluargaan, metode penelitiannya dengan mengumpulkan bahan yang mengkhususkan kedalam, kualitatif; serta metode pengolahan dan analisi yang bersifat membandingkan; komperatif. Ahli sosiologi meneliti suatu perkumpulan gereja, hubungan pemerintah dengan penduduk, gerakan-gerakan buruh dalam kota, dan sebagainya. Ahli antropologi metode penelitiannya bersifat intensif dan mendalam misalnya dengan metode wawancara, sedangkan ahli sosiologi metode penelitiannya bersifat meluas, merata dan berbagai metode-metode ini dapat disebut kuantitatif, seperti metode angket dan statistik.E. Hubungan antara Antropologi dan Ilmu-ilmu lain
Hubungan itu biasanya bersifat timbal-balik.Hubungan antara ilmu Geologi dan Antropologi. Ilmu geologi yang mempelajari ciri-ciri lapisan bumi serta perubahan-perubahannya, dibutuhkan pada subilmu paleo-antropologi dan prehistori utuk menetapkan umur relatif dari fosil makhluk primata dan manusia dari zaman dahulu, serta artefak dan bekas kebudayaan yang digali dalam lapisan bumi.
Hubungan antara ilmu Paleontologi dan Antropologi. Untuk membuat suatu rekonstruksi tentang proses evolusi bentuk-bentuk makhluk dari zaman dahulu hingga sekarang, umur fosil kera dan manusia, artefak bekas kebudayaan yang digali dapat juga mengetahui umur relatif dari fosil paleontologi.
Hubungan antara ilmu Anatomi dengan Antropologi. Meneliti tentang ciri-ciri berbagai kerangka manusia, danc ciri-ciri bagian tubuh manusia untuk mendapat pengerttian tentang asal mula dan penyebaran manusia serta hubungan antara ras-ras di dunia.
Hubungan antara ilmu Kesehatan Masyarakat dengan Antropologi. Ilmu antropologi juga dapat memberi kepada para dokter kesehatan masyarakat yang akan bekerja dan hidup di berbagai daerah dengan keragaman kebudayaan, metode-metode dan cara-cara untuk segera mengerti dan menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adat-istiadat lain.
Hubungan antara ilmu Psikiatri dan Antropologi. Penelitian mengenai masalah latar-belakang sosial budaya dan penyakir-penyakit jiwa kemudian timbul persoalan mengenai aspek-aspek sosial budaya yang dapat melatar-belakangi rasa tertekan dan mengenai itu para ahli antropologi yang banyak mengetahui masalah psikologi dan dapat membantu para pskiater.
Hubungan antara ilmu Linguistik dan Antropologi. Ilmu linguistik telah berkembang menjadi ilmu yang berusaha mengembangkan metode-metode untuk mengupas segala macam bentuk bahasa apapun, dari daerah manapun. Dengan demikian dapat dicapai suatu pengertian tentang ciri-ciri dasar dari tiap bahsa di dunia secara cepat dan mudah.
Hubungan antara ilmu Arkeologi dan Antropologi. Ilmu arkeologi pada mulanya meneliti sejarah dari kebudayaan-kebudayaan kuno pada zaman purba. Lepas dari menambah bahan dari zaman yang jauh lebih tua, ilmu antropologi dapat juga memberi keterangan tentang bagian kebudayaan suatu bangsa yang tidak dapay diberikan oleh ilmu lainnya.
Hubungan antara ilmu Sejarah dan Antropologi. Antropologi memberikan bahan prehistori sebagi pangkal bagi tiap penulis sjarah dari tiap bangsa di dunia. Para ahli antropologi juga memerlukan sejarah, untuk memcahkan masalah-masalah yang terjadi karena masyarakat yang ditelitinya mengalami pengaruh dari suatu kebudayaan dari luar.
Hubungan antara ilmu Geografi dan Antropologi. Ilmu geografi disebut ilmu bumi, maka sudah tentu ilmu geografi membutuhkan ilmu antropologi. Karena antropologi adalah satu-satunya ilmu yang mampu menyelami masalah beragam makhluk.
Hubungan antara ilmu Ekonomi dan Antropolgi. Seorang ahli ekonomi tidak dapat menggunakan dengan sempurna konsep-konsep dan teori-teori nya tentang kekuatan, proses, dan hukum ekonomi, tanpa pengetahuan sistem kemasyarakatan, cara berpikir, pandangan, dan sikap hidup dari masyarakat.
Hubungan antara ilmu Hukum adat Indonesia dan Antropologi. Pentingnya antropologi sebagai ilmu bantu dalam penelitian-penelitiannya. Sebaliknya, antropologi juga memerlukan bantuan ilmu hukum adat Indonesia, karena setiap masyarakat baik yang sanat sederhana maupun yang sudah maju tentu memerlukan aktivitas yang berfungsi sebagai pengendali sosial, salah satunya adalah hukum.
Hubungan antara ilmu Administrasi dengan Antropologi. Di Indonesia ilmu administrasi tentu akan menghadapi masalah-masalah yang sama dengan ilmu ekonomi. Dengan demikian pemecahan masalah bisa didapatkan dengan penelitian berdasarkan metode antropologi.
Hubungan antara ilmu Politik dengan Antropologi. Metode analisis antropologi menjadi sangat penting bagi seorang ahli ilmu politiki, untuk mendapat pengertian mengenai tingkah laku dari partai politik yang sedang di pelajari.
Ilmu gabungan tentang tingkah laku manusia. Perilaku dan tindakan manusia tidak hanya diteliti oleh antropologi tetapi juga oleh berbagai ilmu sosial seperti sosiologi dan psikologi. Diketuai oleh seorang sarjana antropologi J. Gillin bersama para rekannya mendiskusikan kemungkinan suatu kerja sama antara ketiga ilmu tadi. Menggunakan metode-metode untuk mengintegrasikan hasil dari ilmu tersebug dalam sebuah buku, Toward a Unified Theory of Human Behavior (1956).
F. Metode Ilmiah dari Antropologi
1. Metode Ilmiah dan Pengumpulan Fakta
Metode ilmiah dapat dicapai oleh para ahli melalui tiga tingkat, yaitu: 1) pengumpulan data, 2) penentuan ciri-ciri umum dan sistem, dan 3) verifikasi. Pada umumnya, metode-metode pengumpulan fakta dalam ilmu pengethauan dapat digolongkan ke dalam tiga golongan dan masing-masing mempunyai perbedaan pokok, yaitu: (I) penelitian di lapangan (field work), (ii) penelitian di laboratorium, (iii) penelitian dalam perpustakaan.Untuk ilmu antropologi-budaya penelitian lapangan merupakan cara yang terpenting untuk mengumpulkan fakta-faktanya; selain itu penelitian di perpustakaan juga penting guna untuk mencari gejala yang akan menjadi objek penelitian dari beragam buku. Dalam penelitian di lapangan, peneliti harus masuk ke dalam objeknya, artinya, ia sendiri harus memperhatikan hubungan antara objek dan dirinya sendiri dan sebagian besar bahan keterangannya diperoleh dari warga masyarakat.
Peneliti antropologi-budaya menggunakan metode pengumpulan fakta yang bersifat kualitatif yang berupa wawancara dan catatatn hasil (field notes). Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat absktarksi dari bahan yang ada dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Seluruh metode yang digunakan merupakan bidang deskriptif dari ilmu antropologi yang disebut etnografi.
2. Penentuan Ciri-ciri Umum dan Sistem
Hal ini adalah tingkat dalam cara berpikir ilmiah yang bertujuan untuk menentukan ciri-ciri umum dan sistem dalam himpunan fakta yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Proses berpikir di sini berjalan secara induktif; dari pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta khusus dan konkret, ke arah konsep-konsep mengenai ciri-ciri umum yang lebih abstrak.Untuk mencari ciri-ciri umum di antara beragam fakta masyarakat digunakan metode perbandingan (metode komparatif). Metode komparatif biasanya dimulai dengan metode klarifikasi. Artinya ia harus memperkecil jumlah keragaman sehingga tersisa beberapa perbedaan pokok saja. Dalam ilmu-ilmu alam, penentuan ciri-ciri umum dan sistem dalam fakta dilakukan dengan cara hubungan kovariabel (artinya, kalau suatu fakta berubah dengan cara yang tertentu, maka fakta-fakta lain yang berkaitan dengan itu berubah juga), atau hubungan itu mungkin hubungan sebab-akibat (artinya suatu fakta menyebabkan timbulnya, berubahnya, atau hilangnya suatu fakta yang lain).
3. Verifikasi
Verifikasi ini bersifat kualitatif. Metode ini terdiri dari cara-cara menguji rumusan kaidah-kaidah atau memperkuat “pengertian” yang telah dicapai, dilakukan dalam kenyataan-kenyataan alam atau masyarakat yang hidup. Di sini proses berpikir berjalan secara deduktif yaitu perumusan-perumusan umum kembali ke arah fakta-fakta yang khusus.G. Tenaga Sarjana, Lembaga, Majalah, dan Prasaranan Ilmu Antropologi
1. Kehidupan Ilmiah
Suatu cabang ilmu pengetahuan dikatakan hidup apabila para ahli di bidangnya melakukan kegiatan penelitian untuk memecahkan berbagai macam masalah ilmiahnya. Badan-badan ini contohnya adalah perguruan-perguruan tinggi yang harus berusaha mengembangkan berbagai macam cabang ilmiah yang ada di sana. Adapun kongres-kongres dan majalah-majalah ilmiah, sangat diperlukan untuk perkembangan suatu cabang ilmiah, karena di situlah para peneliti dapat mengumumkan hasil-hasil penelitiannya.2. Para Tokoh Sarjana Antropologi
Pada fase pertama, antropologi belum memiliki tokoh-tokoh ahli. Pada fase ini tokohnya yaitu pengarang-pengarang buku etnografi tentang manusia dan kebudayaan suku bangsa yang tinggal di luar benua Eropa. Mereka terdiri dari pelaut, penyiar agama Nasrani, dan pegawai pemerintahan jajahan. Adapun contoh dari penyiar agama Nasrani serta pengarang buku etnografi klasik yang membahas mengenai kebudayaan suku Indian yaitu, J.F. Lafitau.Adapun pengarang etnografi kuno golongan ahli eksplorasi adalah N.N. Miklukho-Maklai, yang banyak mengembara di daerah Oseania (lautan teduh), Papua Nugini dan Irian Jaya. Tokoh dari golongan pegawai pemerintah adalah Thomas Stamford Raffles yang menaruh banyak perhatian tentang kebudayaan Indonesia dan menulis dua jilid buku etnografi mengenai kebudayaan Jawa (1817).
Pada fase kedua, tokoh yang terpengaruh terhadap teori evolusi adalah Lewis Henry Morgan, ia tertarik akan adat-istiadat dan kebudayaan suku bangsa Indian dan menulis etnografi yang berjudul Ancient Society (1877). Adapun tokoh yang bernama P.W. Schmidt yang tertarik akan masalah sejarah penyebaran kebudayaan suku bangsa di seluruh dunia.
Fase perkembangan ketiga, tokoh antropologi yaitu B. Malinowski yang telah menulis banyak buku antropologi tentang penduduk Kepulauan Trobriand. Selain itu ada M. Fortes yang menulis tentang kebudayaan suku bangsa di Afrika Barat, khususnya Ghana Utara.
Pada fase perkembangan keempat, tokoh antropologinya antara lain Franz Boas (1858-1942), A.L. Kroeber, beberapa tokoh ilmu antropologi psikologi Ruth Benedict, Margaret Mead, dan R. Linton. Terdapat tokoh antropologi-terapan yaitu, R. Firth yang banyak meneliti di Polinesia, Kep. Tikoped, dan Malaysia. Adapun tokoh antropologi-sosial yaitu, A.R. Radcliffe-Brown.
Ilmu antropologi juga terdapat tokoh-tokoh dari berbagai negara lainnya. Beberapa diantaranya, dari India yaitu M.N. Srinivas dan Sran Chandra Dube. Dari cina, F.L. Hsu. Dari Jepang, seorang tokoh antropologi wanita yaitu Chie Nakane dari Universitas Tokyo. Dari Afrika bangsa Ghana yaitu K.A. Busia.
3. Lembaga-lembaga dan Majalah-majalah Antropologi
Terdapat majalah yang terpenting dan perlu dimiliki oleh setiap ahli antropologi yaitu Current Anthropoly, yang diterbitkan oleh University of Chicago Press. Dalam isi dari majalah tersebut terdapat daftar nama ribuan sarjana ilmu antropologi beserta alamat, tercantum pula daftar dari kurang lebih 600 lembaga, museum, organisasi atau perkumpulan antropologi, yang tersebar lebih dari 30 negara ,termasuk Indonesia. Amerika adalah negara yang memiliki lembaga, organisasi dan perkumpulan antropologi yang paling banyak jumlahnya, antara lain:1) American Anthopological Assosiation. Tempat para ahli antropologi Amerika mendiskusikan hasil penelitiannya. Organisasi ini juga menerbitkan sebuah majalah yaitu American Anthopologist
2) American Assosiation of Physical Antropology. Menghimpun penelitian antropologi-fisik di Amerika dan menerbitkan sebuah majalah Ameican Journal of Physical Anthoropology.
3) Universitas Yale di New Haven. Institute of Human Relations. Lembaga ini menyusun dan menjaga sistem dalam kartu besar (Human Relations Area Files) yang memuat data serta bahan keterangan etnografis mengenai kebudayaan dari seluruh dunia.
Lembaga-lembaga antropologi yang berpusat di Inggris, antara lain :
1) Royal Anthoropological Institute of Great Britain an Ireland. Memiliki majalah yaitu Journal of the Royal Anthopological Institute, dan sebuah majalah kecil bernama Man.
2) International Africa Institute. Menggiatkan penelitian ilmu-ilmu sosial di Afrika. Majalah ilmiahnya bernama Africa.
Majalah-majalah yang diterbitkan di Australia dan New Zealand, antara lain :
1) Di Sidney, menggiatkan penelitiannya di daerah Australia, Papua (Irian Timur), Melanesia, Polinesia dan Mikronesia, bernama Australian National Reseacrh Council. Lembaga ini juga menerbitkan majalah Oceania.
2) Di Wellington, New Zealand. Lembaga Polynesia Society menerbitkan sebuah majalah yang bernama Journal of the Polynesia Society.
Di negara Jerman, Australia, dan Swiss, lembaga yang menerbitkan sebuah majalah, antara lain:
1) Deutsche Gesellschaft fur Volkerkunde di Brauns-schweig, merupakan perkumpulan ahli antropologi di Eropa Tengah yang telah menerbitkan majalah Zeitschhrift for Ethnologie.
2) Frobenius Institute di Frankfurt, telah membiayai ekspedisi ke Afrika, Amerika Selatan dan Indonesia dan juga menerbitkan majalah bernama Paideuma, Mitteilungen zur Kulturkunde.
3) Anthropos Institute di Freibourg, Swiss. Menerbitkan majalah antropologi bernama Anthropos.
Terdapat di berbagai negara lain, yaitu:
1) l'Institute d'Ethnologie di Paris.
2) Miklukho-Maklai Institute of Ethnography di Uni Soviet.
3) Institute Nacional de An thropologie e Historia di Meksiko.
Di Indonesia. Tepatnya di Universitas Indonesia mempunyai lembaga khusus pusat penelitian antropologi, yang menerbitkan sebuah majalah berjudul Berita Antropologi.
4. Kamus dan Atlas Antropologi
Kamus pertama berupa kamus kecil yang dibuat oleh C. Winick yang berjudul Dictionary of Anthropology (1958) disusun pula kamus antropologi yang besar yang disusun oleh W.H. Lindig berjudul Dictionary of Anthropology. Adapun sebuah kamus khusus mengenai istilah-istilah ilmiah dalam enam bahasa (Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol, Jepang, dan Rusia) berjudul Multilingual Glosarry of Anthropological Terms yang disusun oleh tim antopologi yang dinaungi dibawah G. Mostny. Dan kamus tersebut juga dibuat dalam bahasa Indonesia pada tang 1980 berjudul Kamus Istilah Antropologi.Ilmu antropologi juga memiliki atlas yang menunjukkan lokasi dari ratusan suku bangsa. Atlas tersebut di susun oleh G. Gerland, berjudul Atlas der Volkerkunde (Atlas ilmu bangsa-bangsa) yang terbit tahun 1892. Terdapat atlas yang disusun oleh ahli geologi Jerman, H. Bernetzik, berjudul Die Grosse Volkerkunde (1930). Terdapat juga atlas kecil berjudul An Ethno-Atlas diterbitkan oleh R.F Spencer (1956) dan pengarang buku ini juga menyusun Atlas Ethnografi Sedunia (1968) dalam bahasa Indonesia.
Bab 2
Makhluk Manusia
A. Makhluk Manusia di antara Makhluk-makhluk Lain.
Pada pertengahan abad ke-19 para ahli biologi, di antaranya yang terkenal adalah Charles Darwin, mengumumkan tepri mengenai evolusi biologi. Menurutnya makhluk hidup yang pertama di muka bumi ini adalah makhluk bersel satu seperti protozoa. Untuk mengetahui ragam jenis makhluk hidup yang ada di muka bumi ini, para ahli biologi telah membuat suatu sistem klasifikasi semua makhluk hidup. Oleh para ahli biologi manusia ditempatkan ke dalam subsuku, antropoid yang dinagi lagi menjadi tiga bagian yaitu: ceboid (termasuk kera di Benua Amerika), cercopithecoid (termasuk kera di Asia dan Afrika), hominoid (menjadi satu kera besar dengan manusia). Hominoid dibagi lagi menjadi 2 bagian keluarga yaitu pongidae (kera besar di hutan Asia dan Afrika), hominidae (manusia purba sejenis homo sapiens).B. Evolusi Ciri-ciri Biologis
1. Sumber Ciri-ciri Organisme Fisik
Dalam proses ini ciri-ciri biologi yang baru berwujud organisme dengan bentuk yang agak berbeda dari bentuk organisme induk yang lama. Bentuk baru tersebut berubah dalam jangka waktu yang cukup lama. Terdapat 46 kromosom pada tubuh manusia yang mengatur pusat kekuatan dengan segala macam struktur biokimia yang khas, satu kesatuan tersebut dinamakan gen. Pada waktu konsepsi, apabila sel sperma berpadu dengan sel telur, maka akan terjadi suatu sel buah (zigot) dengan melalui proses pembelahan mitosis. Dari ciri-ciri ayah dan ibu yang kebetulan dibawa oleh sel kelamin tidak semua akan tampak dalam organisme baru tetapi hanya ciri-ciri pada gen yang kuat atau yang dominan, sedangkan ciri-ciri pada gen yang tidak kuat atau resesif tidak akan tampak.2. Perubahan dalam Proses Keturunan
Proses ini terjadi karena beberapa proses evolusi yang dibagi menjadi tiga golongan: (a) mutasi, (b) proses seleksi dan adaptasi; dan (c) proses menghilangnya gen secara kebetulan (random genetic drift). Mutasi, saat pembentukan zigot yang baru dapat berubah sedikit sifatnya, berupa mendapat suatu ciri baru yang tidak sama dengan nenek moyangnya. Seleksi dan adaptasi, individu-individu yang ciri-ciri lama lambat laun selalu akan berkurang jumlah kelahirannya, dan akhirnya tidak akan dilahirkan kembali. Sebaliknya, hanya gen baru yang telah diseleksi oleh alam yang baru akan terbawa langsung dalam organisme dari individu dalam kelompok. Dapat disimpulkan bahwa suatu ras baru dengan ciri-ciri baru telah “bercabang” dari suatu ras yang lama. Menghilangkan gen tertentu dapat kita tentukan sendiri, misalnya menghilangkan gen rambut keriting menjadi rambut kejur.C. Evolusi Primata dan Manusia
Manusia itu merupakan jenis makhluk yang telah bercabang melalui evolusi semacam makhluk primata yang terus berkembang dari zaman Kala Paleosen Tua yang makhluknya masih berupa kera besar dari keluarga hominid, cabang selanjutnya kemudian muncul makhluk kera pongopygmeus pada zaman Kala Miosen. Cabang ketiga adalah makhluk yang merupakan nenek moyang manusia yang disebut gigantanthropus (kera-manusia raksasa) makhluk ini muncul pada zaman Kala Miosen (10 juta tahun lalu). Cabang keempat merupakan kera dari kelurga pongid yaitu gorila dan simpanse yang ada pada zaman akhir Kala Miosen (12 juta tahun lalu). Cabang-cabang ini lah menurut para ahli yang mempelopori munculnya manusia.Makhluk manusia Homo Sapiens yang pertama kali menunjukan ciri dari ras Mongoloid adalah Pithecantropus Pakinensis. Makhluk manusia Homo Sapiens yang pertama kali menunjukan ciri dari ras Kaukasoid adalah Homo Sapiens Cromagnon. Makhluk manusia Homo Sapiens yang pertama kali menunjukan ciri dari ras Negroid adalah Homo Sapiens Asselar.
D. Aneka Ragam Manusia
Metode yang harus diperhatikan saat mengklasifikasi suatu ras adalah dapat dilihat dari cirri lahir hingga cirri-ciri morfologi pada tubuh manusia seperti warna kulit, rambut, serta ukuran tinggi badan,berat badan dan lain-lain. Pada saat sekarang , semakin berkembangnya suatu pengetahuan mucul pula konsep-konsep baru mengenai pengklasifikasian ras ini. Munculah teori klasifikasi filogenetik. Klasifikasi filogenetik ini sebagai pelengkap dari suatu pengindentifikasian suatu ras yang melihat dari cirri-ciri genotipnya yang melihat asal-usul antar ras serta percabangannya.Berikut suatu klasifikasi yang berasal dari A.L. Kroeber menjelaskan garis besar penggolongan ras-ras yang terpenting di dunia.
1) AUSTRALOID yaitu, penduduk asli Australia (Aborigin)
2) MONGOLOID yaitu penduduk asli wilayah Asia dan Amerika, meliputi: Asiatic Mongoloid (Asia Timur, Utara, Tengah); Malayan Mongoloid (kep. Indonesia, Malaysia, Asia Tenggara, Filipina, Taiwan) ; American Mongoloid (Amerika Utara dan Selatan).
3) CAUCASOID, meliputi : Nordic (Eropa Utara); Alpine (Eropa Tengah dan Timur); Mediterranean (Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran); Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka).
4) NEGROID, meliputi : African Negroid (Benua Afrika); Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, Filipina); Melanesia (Papua/Irian dan Melanesia).
5) RAS-RAS KHUSUS, yaitu ras yang tidak dapat diklasifikasikan dalam keempat ras pokok, antara lain: Bushman; Veddoid; Polynesian; dan Ainu .
E. Organ Manusia
Organ manusia kalah kemampuannya dengan banyak jenis binatang, kemampuan otak manusia yang disebut akal budi, telah menyebabkan berkembangnya sistem-sistem yang dapat membantu dan menyambung keterbatasan kemampuan organ tersebut, sistem tersebut antara lain : (a) sistem perlambangan vokal atau bahasa; (b) pengetahuan; (c) organisasi sosial; (d) peralatan hidup dan teknologi; (e) mata pencaharian; (f) religi; (g) kesenian, adalah yang disebut kebudayaan manusia. Kebudayaan manusia tidak terkandung dalam kapasitas organnya, artinya tidak ditentukan dalam sistem gennya. Walaupun demikian, dengan kebudayaannya manusia dapat menjadi makhluk yang paling berkuasa dan berkembang biak paling luas di dunia.Bab 3
Kepribadian
A. Definisi Kepribadian
Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia itu disebut “kepribadian” atau personality. Istilah “kepribadian” juga berarti ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten. Dalam bahasa popular istilah “kepribadian” berarti ciri-ciri watak seorang individu yang konsisten, yang memberikan identitas sebagai individu yang khusus. Yang membedakan dirinya dengan orang lain.B. Unsur-unsur Kepribadian
1. Pengetahuan
Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Pengetahuan dapat memperkuat suatu pendapat karena yang dihasilkan adalah pengetahuan, dan pengetahun itu bersifat selalu baru. Unsur-unsur pengetahuan terdiri dari: (a) apresepsi, adalah penggambaran baru dengan pengertian yang baru; (b) pengamatan, adalah penggambaran yang lebih intensif terfokus; (c) konsep, adalah penggambaran abstrak dari ilmu-ilmu sosial; (d) fantasi, adalah penggambaran baru yang sering kali tidak realistis.2. Perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif atau negatif. Suatu perasan yang selalu bersifat subjektif karena adanya unsur penilaian tadi, yang biasanya memunculkan “kehendak”. Kehendak itu bisa bersifat positif atau negatif.3. Dorongan Naluri
Kemauan yang sudah merupakan naluri pada manusia disebut “dorongan” (drive). Dorongan naluri ini terbagi menjadi 7 macam, yaitu: (1) Dorongan untuk mempertahankan hidup; (2) Dorongan seks; (3) Dorongan untuk upaya mencari makan; (4) Dorongan untuk bergaul dan berinteraksi; (5) Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya; (6) Dorongan untuk berbakti; (7) Dorongan akan keindahan.C. Materi dari Unsur-unsur Kepribadian
Kerangka tentang seluruh sistem materi yang menjadi objek dan sasaran unsur-unsur kepribadian manusia secara sistematis memuat tiga hal menurut A.F.C. Wallace , yaitu: (a) beragam kebutuhan biologis dan psikologis diri sendiri; (b) beragam hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu akan identitas diri sendiri; dan (c) berbagai macam cara untuk memenuhi, memperkuat, berhubungan, mendapatkan atau mempergunakan beragam hal tersebut di atas.D. Macam-macam Kepribadian
1. Macam-macam Kepribadian Individu
Perbedaan unsur-unsur kepribadian seperti perasaan, emosi, dan pengetahuan yang menyebabkan perbedaan kepribadian antar individu. Dalam hal itu diperlihatkan satu macam materi yang menyebabkan satu tingkah laku berpola, yaitu suatu kebiasaan (habit) dan berbagai macam materi yang menyebabkan timbulnya kepribadian (personality).2. Kepribadian Umum
Adanya persamaan kebudayaan dalam masyarakat yang nantinya akan membentuk sebuah kepribadian yang seragam pada kelompok masyarakat tersebut. Contoh persamaan aturan dalam keluarga, adat-istiadat dan sebagainya.3. Kepribadian Barat dan Timur
Kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur seringkali dipandang bertolak belakang atau kontras. Kebudayaan barat disandingkan dengan kepentingan material, pikiran logis, individual. Sebaliknya, kebudayaan Timur disandingkan dengan kerohanian, mistik, prelogis, ramah, dan gotong royong. Meski demikian, hal yang selain perkara individualisme-kolektivisme tidak mutlak kebenarannya, hanya penilaian lahiriah. Menurut Francis Hsu, Kegigihan hidup untuk mencari lingkungan karib sudah menjadi sikap hidup bagi manusia Barat, yang dibawanya kemana-mana. Itulah rahasia yang telah dicapai oleh manusia Barat dengan segala hal yang dilakukannya. Kalau ia sukses, maka akan benar-benar sukses. Sebaliknya, kalau ia gagal akan benar-benar sengsara.Manusia Timur tidak memiliki sikap hidup gigih seperti manusia Barat, karena salah satu kebutuhannya yaitu “lingkungan karib” sudah otomatis ada. Ia tidak perlu mencarinya dengan gigih. Mereka hidup mengambang dengan selaras, puas, dan bahagia dengan apa yang dimilikinya, menikmati keindahan hidup sekitarnya. Kalaupun hidup itu tidak indah, tetapi penuh dosa dan kesengsaraan, maka sikap orang Indonesia adalah untuk tetap mencoba dan melihat unsur-unsur keindahan dalam kesengsaraan itu.
Bab 4
Masyarakat
A. Kehidupan Berkelompok dan Definisi Masyarakat
1. Kehidupan Berkelompok dalam Alam Binatang
Ciri khas kehidupan berkelompok binatang:1. Pembagian kerja yang tetap antara berbagai macam subkesatuan atau golongan individu dalam kelompok untuk melaksanakan berbagai macam fungsi hidup;
2. Ketergantungan invidu terhadap individu lain dalam kelompok sebagai akibat dari pembagian kerja tadi;
3. Kerja sama antarindividu yang disebabkan karena sifat ketergantungan tadi;
4. Komunikasi antar ndividu yang diperlukan guna melaksanakan kerja sama tadi; dan
5. Deskrminasi yang diadakan antara individu-individu warga kelompok dan individu-individu dari luarnya.
Menurut ahli filsafat H. Spencer menyatakan bahwa asas egoisme atau asas “mendahulukan kepentingan diri sendiri diatas kepentingan orang lain”, mutlah perlu bagi jenis-jenis makhluk untuk dapat bertahan dalam alam yang kejam. Sikap egois memungkinkan “the survival of the fittest”.
2. Kehidupan Berkelompok Makhluk Manusia
Manusia adalah jenis makhluk yang hidup berkelompok. Kelakuan bianatang dan kelakuan manusia yang prosesnya telah direncanakan dalam gennya dan merupakan milk dirinya tanpa belajar, seperti refleks, kelakuan naluri, dan kelakuan membabi buta, tetap kita sebut kelakuan (behaviour). Sebaliknya, perilaku manusia yang prosesnyatidak terencana dalam gennya, tetapi yang harus dijadikan milik dirinya dengan belajar, kita sebut tindakan atau tingkah laku (action).Pola-pola tindakan dan perilaku manusia adalah hasil belajar, oleh karena itu pola tersebut mudah berubah dengan lebih cepat daripada perubahan bentuk biologisnya. Tingkah laku dan hidup manusia beberapa tahun yang lalusangat berbeda dengan sekarang. Dahulu orang Indonesia masih banyak tinggal dalam rumah-rumah besar dengan kelompok kerabatnya yang luas, dan dari musim ke musim menanam padi di ladang atau sawah sebagai petani.kini keturunan langsung dari para petani tadi tinggal dalam rumah-rumah gedung di dalam kompleks perumahan jawatan atau perusahaan swasta, dan tiap hari hidup di kantor, perusahaan atau pabrik sebagai direktur jenderal, manajer atau insinyur. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam rentang waktu hidup beberapa generasi manusia tidak sama cepatnya pada kelompok manusia satu dengan kelompok manusia lainnya. Proses perubahan yang berbeda-beda menyebabkan timbulnya ragam kesatuan hidup manusia yang berada di muka bumi ini.
B. Berbagai Wujud Kelompok Manusia
Beragam kesatuan hidup manusia dalam suatu kesatuan negara nasional mempunyai wujud yang lain, beragam wujud ini bukan disebabkan karena adanya perbedaan suku-suku bangsa, melainkan karean secara horizontal ada perbedaan lapisan sosial. Suatu negara dengan beragam suku bangsa, seprti Indonesia terdapat lapisan sosial yang berlaku untuk seluruh negara. Selain itu, juga terdapat sistem-sistem pelapisan sosial yang hanya berlaku untuk setiap suku bangsa dalam negara. Pelapisan sosial di Bali yang berwujud kasta Brahmana, Satriya, Waisya, dan Sudra, tidak berlaku misalnya dalam adat istiadat Sunda, Aceh, Timor dan lainnya.C. Unsur-unsur Masyarakat
1. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang saling berinteraksi. Secara khusus didefinisikan sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Hidup berkelompok merupakan kodrat dan kebutuhan manusia sebagai makhluk hidup. Unsur-unsur masyarakat:1. Interaksi antar warga
2. Memiliki adat-istiadat, norma, hukum, dan aturan yang mengatur seluruh pola tingkah laku
3. Kontinuitas waktu
4. Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga
2. Kategori Sosial
adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri atau kompleks ciri objektif. Penilaian secara objektif ini lah yang membuat orang lain. Maka dari itu berarti kategori sosial terbentuk karena adanya penilaian dari orang lain mengenai ciri yang dikenakan manusia. Misalnya kategori warga di atas 18 tahun dan di bawah 18 tahun untuk mengetahui warga negara yang sudah memiliki hak pilih.3. Golongan Sosial
Pembeda antara kategori dengan golongan adalah jika golongan sosial ini memang memiliki kesadaran identitas yang tumbuh dan menjadi bentuk respon atau reaksi terhadap sesuatu. Kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri atau kompleks ciri objektif yang memiliki ikatan identitas sosial, norma, dan kontinuitas. Misalnya, golongan pemuda, petani, dan pengusaha. Kedua kesatuan manusia tersebut bukan termasuk masyarakat karena keduanya tidak memiliki prasarana untuk melakukan interaksi sosial.4. Kelompok dan Perkumpulan
Merupakan kesatuan manusia yang menekankan pada aspek organisasi dan pimpinan. Adapun perbedaan dari kelompok dan perkumpulan. Mengenai dua hal tersebut, Koentjaraningrat memberikan tabel perbedaan antara keduanya yang didasarkan pada pendapat-pendapat para pakar sosiologi dan antropologi.Meskipun kelompok dan perkumpulan memiliki empat syarat pengikat dasar suatu masyarakat, namun perkumpulan tidak bisa disebut sebagai masyarakat.
5. Beragam Kelompok dan Perkumpulan
Terdapat kelompok yang terikat dalam hubungan kekerabatan (kingroups) seperti suatu marga batak. Kelompok yang terdiri dari sekelompok anak remaja, tetangga dan sekelompok awak kapal. Adapun perkumpulan yang digunakan untuk berbagi fungsi, seperti perkumpulan ekonomi, misalnya perkumpulan dagang, koperasi, perseroan, perusahaan, dan sebagainya. Perkumpulan untuk memajukan pendidikan, seperti yayasan pendidikan, perkumpulan pemberantasan buta huruf dan sebagainya. Perkumpulan untuk memajukan ilmu pengetahuan, seperti Ikatan Dokter Indonesia, Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial. Perkumpulan dalam kesenian, seperti Mitra budaya, band, Sanggar tari, dll. Perkumpulan aktivitas keagamaan, seperti organisasi penyiar agama, organisasi gereja, dll. Perkumpulan politik seperti, partai politik.6. Ikhtisar mengenai Beragam Wujud Kesatuan Manusia
Adapun tiga wujud kesatuan manusia (yaitu “kerumunan”, “kategori sosial”, dan “golongan sosial”) tidak dapat disebut “masyarakat”. Hal itu ketiganya tidak memenuhi ketiga unsur yang merupakan syarat konsep “masyarakat”. Sedangkan “perkumpulan” lazimnya juga tidak disebut demikian, walupun memenuhi syarat.7. Interaksi Antar Individu dalam Masyarakat
Interaksi terjadi apabila seorang individu dalam masyarakat berbuat sedemikian rupa sehingga menimbulkan suatu respons atau reaksi dari individu-individu lain. Proses interaksi dibedakan menjadi 2, yaitu: (1) kontak, dan (2) komunikasi. Kontak contohnya seperti bertatap muka, menulis surat, buku, telepon, radio dan televisi. Komunikasi timbul setelah kontak terjadi. Di dalam proses itu tindakan dari pihak pertama, mengeluarkan makna yang ditangkap oleh pihak kedua. Penangkapan makna itu menjadi pangkal untuk reaksi pihak kedua.D. Pranata Sosial
1. Pranata dan Lembaga
Pranata sosial adalah sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta adat dan norma yang mengatur tingkah laku itu, dan seluruh perlengkapan guna memenuhi berbagai kompleks kebutuhan manusia dalam masyarakat. Pranata (institution) berbeda dengan lembaga (institute). Pranata adalah sistem norma yang mengatur aktivitas masyarakat, sedangkan lembaga adalah badan yang melaksanakan aktivitas tersebut. Ada beberapa perbedaan antara pranata dan lembaga.2. Macam-macam Pranata
Koentjaraningrat mencampurkan klasifikasi yang diajukan oleh J.L. Gilin dan J.P. Gillin dengan klasifikasi S.F. Nadel, sebagai berikut:1) Kinship atau domestic institutions (keperluan kekerabatan, contoh: perkawinan, tolong-menolong antar kerabat)
2) Economic institutions (keperluan untuk mata pencaharian, contoh: pertanian, peternakan)
3) Educational institutions (keperluan pendidikan, contoh : pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pers)
4) Scientific institutions (keperluan ilmiah, contoh : penelitian, metodologi ilmiah)
5) Aesthetic and recreational institutions (keperluan menghayati keindahan dan rekreasi, contoh: seni rupa, musik, drama, olahraga)
6) Religious institutions (keperluan berhubungan dengan Tuhan, contoh: doa, upacara, dukun, dll)
7) Political institutions (keperluan mengatur keseimbangan kekuasaan, contoh: pemerintahan)
8) Somatic institutions(keperluan fisik, contoh: pemeliharaan kecantikan, kesehatan dan kedokteran)
3. Pranata, Kedudukan, dan Peranan Sosial
Pranata dalam masyarakat, terdiri dari kompleks tindakan berinteraksi yang diatur oleh norma-norma tertentu yang dihubungkan dengan status dan peran sosial. Status dan peran sosial menentukan kondisi sosial tertentu dimana norma diberlakukan. Status merupakan kedudukan, sedangkan peran sosial (social role) adalah tingkah laku individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu.E. Integrasi Masyarakat
1. Struktur Sosial
A.R. Radcliffe Brown adalah seorang tokoh antropologi yang pertama kali merumuskan konsep struktur sosial, struktur sosial diartikan sebagai perumusan dari berbagai macam susunan hubungan antara individu dalam masyarakat. Struktur sosial dari suatu masyarakat mengendalikan tindakan individu dalam masyarakat. Untuk mempelajari struktur sosial diperlukan suatu penelitian di lapangan. Struktur sosial dapat juga dipakai sebagai kriterium untuk menentukan batas-batas dari suatu masyarakat tertentu.2. Analisis Struktur Sosial
Untuk mengalanisis struktur sosial diperlukan metode-metode yang paling umum adalah mencari kerangka dari kehidupan kekerabatan. Meneliti sistem kekerabatan dalam suatu masyarakat memberi pengertian mengenai banyak kelompok dan pranata sosial lain.Bab 5
Kebudayaan
A. Definisi Menurut Ilmu Antropologi
Menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah “kebudayaan”. Definisi yang menganggap bahwa kebudayaan dan tindakan kebudayaan itu adalah segala tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar (learned behaviour), juga diajukan oleh beberapa ahli antropologi terkenal seperti C. Wissler, C. Kluckchohn, A. Davis atau A. Hoebel.1. Kebudayaan (Culture) dan Peradaban
Kata “kebudayaan” berasal dari kata sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan: “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Kata culture merupakan kata asing yang sama artinya dengan kebudayaan. Berasal dari kata Latin colereyang berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam.Di samping itu istilah kebudayaan ada pula istilah peradaban. Hal yang terakhir adalah sama dengan istilah inggris civilization. Iatilah tersebut dipakai untuk menyebut bagian dari unsur dari kebudayaan yang halus, maju, indah dan mempunyai sistem teknologi, misalnya: kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan-santun, dan sebagainya.
2. Sifat Superorganik dari Kebudayaan
Melalui dua peristiwa evolusi kebudayaan, yaitu revolusi pertanian dan revolusi perkotaan, proses kecepatan tampak membumbung tinggi dengan suatu kecepatan yang seolah-olah tidak dapat dikendalikan sendiri, dalam waktu hanya 200 tahun saja, melalui peristiwa yang disebut revolusi industri. Proses perkembangan kebudayaan yang seolah-olah melepaskan diri dari evolusi organik, merupakan proses yang oleh ahli antropologi A. L. Kroeber disebut proses perkembangan superorganic dari kebudayaan.B. Tiga Wujud Kebudayaan
Ketiga unsur dibawah ini saling berkaitan satu sama lain dalam kehidupan bermasyarakat.1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
C. Adat Istiadat
1. Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi
Sistem nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai suatu yang ada dalam alam pikiran sebagian besar dari masyarakat yang mereka anggap bernilai, berharga, penting, dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupan para warga masyarakat. Lima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang terkandung pada sistem nilai budaya menurut F.Knuckhohn:1) Hakikat dari hidup manusia
2) Hakikat dari karya manusia
3) Hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu
4) Hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya
5) Hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya
Pandangan hidup adalah sistem pedoman yang dianut oleh golongan atau individu di dalam masyarakat. Ideologi merupakan suatu sistem pedoman hidup atau cita-cita yang ingin diraih oleh banyak individu di dalam masyarakat.
2. Adat-istiadat, Norma, dan Hukum
Norma yang berupa aturan-aturan untuk bertindak bersifat khusus, sedangkan perumusannya bersifat amat terperinci, jelas, tegas dan tidak meragukan. Norma-norma yang khusus itu dapat digolongkan menurut pranata yang ada di masyarakat. Dalam tiap pranata itu terdapat macam-macam kedudukan. Dalam tiap kedudukan ada seorang individu yang bertindak memetaskan peranan sosialnya terhadap tindakan-tindakan lain individu warga masyarakat dalam interaksi sosial. Beberapa individu saja yang biasanya mengetahui banyak mengenai seluk beluk sistem norma dalam suatu pranata atau beberapa pranata yang berkaitan satu sama lain. Individu-individu ahli mengenai norma-norma semacam itu dalam masyarakatnya disebut “ahli adat”. Seorang ahli sosiologi W.G. Sumner, norma golongan pertama disebut mores, dan norma golongan kedua folkways. Istilah mores menurut konsepsi sumner “adat-istiadat dalam arti khusus”, sedangkan falkway dapat kita sebut “tata cara”.Perbedaan antara adat dan hukum adat, atau mengenai ciri-ciri dasar dari hukum dan hukum ada, memang sudah sejak lama menjadi buah pemikiran para ahli antropologi. Mereka dapat kita bagi dalam dua golongan. Golongan pertama tidak ada aktivitas hukum dalam masyarakat yang tidak bernegara. Anggapan ini terutama disebabkan karena para ahli menyempitkan definisi mereka tentang hukum hanya pada ativitas-aktivitas hukum dalam masyarakat yang bernegara.
Golongan kedua tidak mengkhususkan definisi mereka tentang hukum, hanya kepada hukum dalam masyarakat bernegara dengan suatu sistem alat-alat kekuasaan saja. B. Malinowski berpendapat bahwa ada suatu dasar universal yang sama antara “hukum” dalam masyarakat bernegara dan masyarat terbelakang.
D. Unsur-unsur Kebudayaan
Ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia., antara lain adalah:1) Bahasa
2) Sistem pengetahuan
3) Organisasi sosial
4) Sistem peralatan hidup dan teknologi
5) Sistem mata pencaharian hidup
6) Sistem religi
7) Kesenian
Tiap-tiap unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan terurai di atas, yaitu wujudnya berupa sistem budaya, sistem sosial, dan berupa kebudayaan fisik.
E. Integrasi Kebudayaan
1. Metode Holistik
Istilah “holistik” (bolistic) untuk menggambarkan metode tinjauan yang mendekati suatu kebudayaan itu sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi.2. Pikiran Kolektif
Seorang ahli sosiologi E. Durkheim berpendapat bahwa suatu gagasan yang sudah dimiliki oleh sebagian besar warga masyarakat bukan lagi berupa satu gagasan tunggal lain mengenai suatu hal yang khas, melainkan sudah berkaitan dengan gagasan lain yang sejenis menjadi suatu kompleks gagasan-gagasan, sehingga ia selalu mempergunakan istilah respresentations collectives dalam bentuk jamak.3. Fungsi Unsur-unsur Kebudayaan
M.E. Spiro, pernah mendapat bahwa dalam karangan ilmiah ada tiga cara pemakain kata “fungsi” itu, ialah: (1) Menerangkan “fungsi” itu sebagai hubungan antara suatu hal dengan suatu tujuan tertentu; (2) Menerangkan kaitan antara satu hal dengan hal yang lain; (3) Menerangkan hubungan yang terjadi antara satu hal dengan hal-hal lain dalam suatu sistem yang terintegrasi.4. Fokus Kebudayaan
Banyak kebudayaan mempunyai suatu unsure kebudayaan atau beberapa pranata tertentu yang merupakan suatu unsure pusat dalam kebudayaan, sehingga digemari oleh sebagian besar dari warga masyarakat. Dengan demikian mendominasi banyak aktivitas atau pranata lain dalam kehidupan masyarakat. Suatu kompleks unsur-unsur kebudayaan yang tampak seolah-olah mendominasi seluruh kehidupan masyarakat yang bersangkutan, oleh ahli antropologi Amerika R. Linton, disebut cultural interest, atau kadang-kadang juga social interest. Penulis mengusulkan untuk menggunakan istilah fokus kebudayaan, suatu istilah yang pertama-tama digunakan oleh M.J. Herskovits.5. Etos Kebudayaan
Suatu kebudayaan sering memancarkan keluar suatu watak khas tertentu yang tampak. Watak khas itu dalam ilmu antropologi disebut ethos, sering tampak pada gaya tingkah laku warga masyarakatnya, kegemaran-kegemaran mereka, dan berbagai benda hasil karya mereka. Dalam ilmu antropologi, penelitian-penelitian mengenai watak kebudayaan seperti itu walaupun telah lama ada, mula-mula hanya dijalankan secara sadar oleh seorang sarjana antropologiwanita bangsa Amerika, Ruth Benedict.6. Kepribadian Umum
Metode lain yang pernah dikembangkan oleh para ahli antropologi untuk melukiskan suatu kebudayaan secara holistik terintegrasi adalah dengan memusatkan perhatian terhadap “kepribadian umum” yang dominan dalam kebudayaan itu.F. Kebudayaan dan Kerangka Teori Tindakan
Beberapa ahli membuat suatu kerangka yang disusun mengenai konsep kebudayaan sebagai tindakan manusia yang berpola. Kelompok studi tersebut terdiri dari ahli sosiologi seperti Talcott Parsons, E. Shils, dan R. Merton, ahli antropologi seperti C. Kluckhohn, ahli psikologi seperti H.A. Murray, ahli-ahli biologi dan lain-lain. Kerangka tersebut dibedakan menjadi empat komponen, yaitu: (1) sistem budaya (cultural system) contohnya seperti, adat-istiadat; (2) sistem sosial (social system) conrohnya seperti, berinteraksi antar individu; (3) sistem kepribadian (personality system) contohnya seperti, jiwa dan warak individu saat berinteraksi; (4) sistem organisme (organic system) contohnya seperti, proses biologis dan biokimia dalam organisme manusia.Bab 6
Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan
A. Konsepsi-konsepsi Khusus mengenai Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan
Diantara konsep-konsep yang terpenting ada mengenai proses belajar kebudayaan oleh warga masyarakat bersangkutan, yaitu internalisasi (internalization), sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation).B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
1. Proses Internalisasi
Proses Internalisasi adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal. Individu belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, napsu, dan emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.2. Proses Sosialisasi
Proses Sosialisasi berkaitan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan system social. Dalam proses itu seseorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan social yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.3. Proses Enkulturasi
Proses Enkulturasi adalah proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaanya. Proses ini terjadi sudah mulai sejak kecil yaitu dari dalam lingkungan keluarganya, kemudian dari teman-temannya bermain.C. Proses Evolusi Sosial
1. Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial
Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisis oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang seolah-olah dari jauh dengan hanya memperhatikan perubahan-perubahan yang tampak besar saja (macroscopic). Proses evolusi social-budaya yang dianalisis secara detail akan membuka mata peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari tiap masyarakat di dunia.2. Proses-proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya
Tindakan individu warga masyarakat yang menyimpang dari adat-istiadat umum seperti terurai sebelumnya, pada suatu ketika dapat banyak terjadi dan dapat sering berulang (recurrent) dalam kehidupan sehari-hari di setiap masyarakat diseluruh dunia. Sikap individu yang hidup dalam banyak masyarakat terutama adalah mengingat keperluan diri sendiri dengan demikian ia sedapat mungkin akan mencoba menghindari adat atau aturan bila tidak cocok dengan keperluan pribadinya. Justru keadaan-keadaan yang menyimpang dari adat ini sangat penting artinya, karena penyimpangan demikian merupakan pangkal dari proses-proses perubahan kebudayaan masyarakat pada umumnya. Sudah tentu masyarakat pada umumnya tidak membiarkan saja penyimpangan-penyimpangan dari para warganya itu, dan itulah sebabnya dalam tiap masyarakat ada alat-alat pengendalian masyarakat yang bertugas untuk mengurangi penyimpangan tadi. kalau keputusan hukum adat terakhir ini dianggap sebagai keputusan yang memuaskan dan tidak menimbulkan ketegangan lagi, maka keputusan itu akan menjadi suatu adat yang baru untuk masa selanjutnya, sampai pada suatu saat di hari kemudian terjadi penyimpangan baru, ketegangan baru, dan keputusan baru, yang akan melahirkan adat baru pula.3. Proses Mengarah dalam Evolusi Kebudayaan
Kalau evolusi masyarakat dan kebudayaan kita pandang seolah-olah dari suatu jarak yang jauh, dengan smengambil interval waktu yang panjang (misalnya beberapa ribu tahun), maka akan tampak perubahan-perubahan besar yang seolah-olah bersifat menentukan arah (directional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.Proses ini meliputi :
1) Difusi : Penyebaran budaya
2) Akulturasi : Pencampuran budaya
3) Asimilasi : Proses yang timbul bila ada latar belakang masyarakat yang berbeda-beda , berinteraksi dalam jangka waktu yang lama dan intensif, unsur-unsur kebudayaan campuran.
4) Inovasi : Suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam , energi, teknologi dan lain lain hal ini yang menyebabkan adanya pembaruan kebudayaan.
5) Discovery : Penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru., baik berupa suatu alat baru , suatu ide baru yang diciptakan oleh seorang individu , atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam masyarakat yang bersangkutan.
Bab 7Aneka Ragam Kebudayaan dan Masyarakat
A. Konsep Suku Bangsa
1. Suku Bangsa
Istilah etnografi untuk suatu kebudayaan dengan corak khas adalah suku bangsa. Konsep yang tercakup dalam istilah suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terkat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas sering kali dikuatkan oleh kesatuan bahasa juga. Deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan isi dari karangan etnografi. Namun, karena ada suku bangsa yang besar sekali terdiri dari berjuta-juta penduduk (seperti suku bangsa Sunda), maka ahli antropologi yang membuat sebuah karangan etnografi sudah tentu tidak dapat mencakup keseluruhan dari suku bangsa besar itu dalam deskripsinya. Umumnya ia hanya melukiskan sebagian dari kebudayaan suku bangsa itu.2. Beragam Kebudayaan Suku Bangsa
Kesatuan masyarakat suku bangsa berdasarkan kriterua mata pencarian dan sistem ekonomi:1) masyarakat pemburu dan peramu (hunting and gathering societies)
2) masyarakat peternak (pastoral societies)
3) masyarakat peladang (societies of shifting cultivators)
4) masyarakat nelayan (fishing communities)
5) masyarakat petani pedesaan (peasant communities)
6) masyarakat perkotaan kompleks (complex urban societies).
B. Konsep Daerah Kebudayaan
Suatu daerah kebudayaan (culture area) merupakan suatu penggabungan atau penggolongan dari suku-suku bangsa yang beragam kebudayaannya, tetapi mempunyai beberapa unsur dan ciri mencolok yang serupa. Demikian suatu sistem penggolongan daerah kebudayaan sebenarnya merupakan suatu klarifikasi yang mengkelaskan beragam suku bangsa yang tersebar di suatu daerah atau benua besar,ke dalam golongan-golongan berdasarkan persamaan unsur kebudayaannya. Hal ini untuk memudahkan gambaran menyeluruh dalam hal penelitian analisis atau penelitian komparatif dari suku-suku bangsa di daerah atau benua yang bersangkutan tadi.C. Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Utara
Kesembilan daerah kebudayaan di Amerika Utara menurut klasidikasi Clark Wissler adalah:1) Daerah kebudayaan Eskimo (Kanada: Bafinland dan Greenland). Suku bangsa: Eskimo Nunivakniut, Eskimo Eglulik, dan Eskimo Angmasalik.
2) Daerah kebudayaan Yukon Mackenzie (Kanada).Suku bangsa: Tanana, Kaska, Chipwayan.
3) Daerah kebudayaan pantai barat laut. Suku bangsa:Tlingit, Haida, dan Kwakiutl.
4) Daerah kebudayaan dataran tinggi. Suku bangsa: Kutenai, Kiamat, Yurok.
5) Daerah kebudayaan Plains. Suku bangsa: Crow, Omaha, Comanche.
6) Daerah kebudayaan hutan timur. Suku bangsa: Winnebago, Huron, dan Iroquois.
7) Daerah kebudayaan dataran California. Suku bangsa: Miwok, Washo, Ute.
8) Daerah kebudayaan barat daya. Suku bangsa: Apache, Navaho, Zuni Pueblo, Hopi Pueblo, dan Santa Clara Pueblo.
9) Daerah kebudayaan tenggara. Suku bangsa: Cheroke, Seminole, dan Choctow.
10) Daerah kebudayaan Meksiko.
D. Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Latin
1. Sistem Penggolongan Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Latin
Empat tipe kebudayaan oleh J. M Cooper:(1) circum caribbean cultures;
(2) andean civilization;
(3) tropical forest cultures;
(4) marginal cultures.
J. H. Steward dan L. C. Faron merevisi tipe kebudayaan J. M. Cooper dalam bukunya yang berjudul Native People of South America menjadi lima tipe:
(1) cultures with theocratic and militaristic chiefdoms;
(2) andean cultures;
(3) southern andean cultures;
(4) tropical forest cultures
(5) cultures of nomadichunters and gatheres.
2. Daerah-daerah Kebudayaan di Amerika Latin
Daerah kebudayaan Cacique (Venezuela dan Columbia).Daerah kebudayaan Andes. Suku bangsa: Campa dan Inca.
Daerah kebudayaan Andes Selatan (Chili dan Argentina). Suku bangsa: Atacama, Diaguita, dan Araucania.
Daerah kebudayaan rimba tropis (Brazil). Suku bangsa: Jivaro, Tupinamba, dan Mundurucu.
Daerah kebudayaan berburu dan meramu (Chili Selatan, Argentina). Suku bangsa: Chono, Ona, Yahgan, Guaycuru, Guana, dan Mbaya.
E. Sub-subkawasan Geografi di Oseania
Kebudayaan-kebudayaan dari penduduk kepulauan di Lautan Teduh dalam keseluruhan belum pernah dibagi ke dalam cultures area oleh para ahli antropologi. Kebudayaan-kebudayaan yang ada pada kawasan ini adalah kebudayaan penduduk asli Australia, kebudayaan penduduk asli Irian dan Melanesia, kebudayaan penduduk Mikronesia, dan kebudayaan penduduk Polinesia.F. Daerah-daerah Kebudayaan di Afrika
Ragam kebudayaan suku-suku bangsa penduduk di Afrika diklasifikasikan ke dalam delapan belas daerah kebudayaan oleh ahli antropologi:- Daerah kebudayaan Afrika Utara, suku bangsa yang sebagian besar berupa rakyat pedesaan yang bekerja sebagai petani dan beternak.
- Daerah kebudayaan Hilir Nil, kebudayaan dengan ras Kaukasoid di daerah Mesir.
- Daerah kebudayaan Sahara, bekerja sebagai petani dan beternak. Ciri khas dari kebudayaan ini adalah kasta hina dari tukang-tukang pandai, tukang kulit dan penyanyi jalanan.
- Daerah kebudayaan Sudan Barat, bekerja sebagai petani dan beternak. Pekerjaan beternak hanya sebagai gengsi dan mas kawin pernikahan.
- Daerah kebudayaan Sudan Timur, bekerja sebagai petani menetap dengan irigasi.
- Daerah kebudayaan Hulu Tengah Nil, bekerja sebagai petani menetap dengan irigasi dan bajak sawah.
- Daerah kebudayaan Afrika Tengah, termasuk dalam suku-suku bangsa Negroid yang bekerja bertani dan beternak.
- Daerah kebudayaan Hulu Selatan Nil, termasuk masyarakat rumpun yang bekerja hanya beternak.
- Daerah kebudayaan Tanduk Afrika, termasuk masyarakat yang bertani dan beternak di daratan tinggi Ethiopia.
- Daerah kebudayaan Pantai Guinea, termasuk masyarakat yang bertani dan beternak, tetapi beternak bukan salah satu pekerjaan yang begitu penting.
- Daerah kebudayaan “Bantu” Khatulistwa, termasuk masyarakat yang mengandalkan perladangan.
- Daerah kebudayaan “Bantu” Danau-danau, termasuk masyarakat yang bertani di lereng-lereng gunung yang disekitarnya terdapat danau-danau.
- Daerah kebudayaan “Bantu” Timur, termasuk masyarakat dengan bekerja sebagai petani yang paling utama.
- Daerah kebudayaan “Bantu” Tengah, termasuk masyarat yang mengandalkan perladangan.
- Daerah kebudayaan “Bantu” Barat Daya, masyarakat rumpun yang hidup dari perladangan tanpa irigasi maupun bajak.
- Daerah kebudayaan “Bantu” Tenggara, masyarakat di bagian utara adalah masyarakat rumpun dan masyarakat di bagian selatan termasuk masyarakat petani pedesaan.
- Daerah kebudayaan Choisan, yaitu mempunyai satu ras khusus yang bernama Bushmen.
- Daerah kebudayaan Madagaskar, termasuk masyarakat rumpun di daerah pantai.
G. Daerah-daerah Kebudayaan di Asia
A. L. Kroeber membagi Benua Asia ke dalam daerah-daerah kebudayaan:1. Daerah kebudayaan Asia Tenggara
2. Daerah kebudayaan Asia Selatan
3. Daerah kebudayaan Asia Barat Daya
4. Daerah kebudayaan Cina
5. Daerah kebudayaan Stepa Asia Tengara
6. Daerah kebudayaan Siberia
7. Daerah kebudayaan Asia Timur Laut
H. Suku-suku Bangsa di Indonesia
Klasifikasi dari beragam suku bangsa di wilayah Indonesia basanya masih berdasar sistem lingkaran-lingkaran hukum adat yang mula-mula disusun oleh Van Vollenhoven. Indonesia dibagi ke dalam 19 daerah kebudayaan:1. Aceh
2. Gayo-Alas dan Batak, Nias dan Batu
3. Minangkabau, Mentawai
4. Sumatera Selatan, Enggano
5. Melayu
6. Bangka dan Belitong
7. Kalimantan
8. Sangir-Talaud
9. Gorontalo
10. Toraja
11. Sulawesi Selatan
12. Ternate
13. Ambon Maluku, Kepulauan Barat Daya
14. Irian
15. Timor
16. Bali dan Lombok
17. Jawa Tengah dan Timur
18. Surakarta dan Yogyakarta
19. Jawa Barat
I. Ras, Bahasa, dan Kebudayaan
Sejumlah manusia yang memiliki ciri-ciri ras tertentu yang sama, belum tentu juga mempunyai bahasa induk yang termasuk satu rumpun bahasa, apalagi mempunyai satu kebudayaan yang tergolong satu daerah kebudayaan. Ada pula suatu keadaan yang berbeda. Ada sejumlah manusia memiliki ciri-ciri ras yang berbeda-beda, tetapi mempergunakan beberapa bahasa induk yang berasal dari satu keluarga bahasa, sedangkan kebudayaan mereka memang berbeda-beda. Misalnya orang Jawa dengan ciri-ciri ras Mongoloid-Melayu, tetapi hanya memiliki satu induk bahasa yaitu bahasa Jawa, walaupun berbeda satu dengan lainnya, tetapi termasuk satu keluarga bahasa yang besar, yaitu bahasa keluarga Austronesia.Bab 8
Etnografi
A. Kesatuan Sosial dalam Etnografi
Jenis karangan penting yang mengandung bahan pokok dari pengolahan dan analisis atropologi adalah karangan etnografi. Karangan etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa. Ahli antropologi Amerika, R. Naroll, pernah menyusun suatu daftar prinsip-prinsp yang biasa digunakan oleh ahli antropologi untuk menentukan batas-batas dari masyarakat, bagian suku bangsa yang menjadi pokok dan lokasi yang nyata dari deskripsi etnografi. Ada beberapa modifikasi oleh J. A. Clifton dalam buku pelajarannya Introduction to Cultural Anthropology (1968: 15), maka daftar tersebut menjadi separti berikut:1. kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih;
2. kesatuan masyarakat yang terdiri dari penduduk yang mengucapkan satu bahasa atau satu logat bahasa;
3. kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh garis batas suatu daerah politis administratif;
4. kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya sendiri;
5. kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografi yang ,merupakan kesatuan daerah fisik;
6. kesatuan masyarakat yang ditentuakan oleh kesatuan ekologi;
7. kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mengalam satu pengalaman sejarah yang sama;
8. kesatuan masyarakat dengan penduduk yang frekuensi interaksinya satu dengan lain tingginya merata; dan
9. kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam.
B. Kerangka Etnografi
Bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu komunitas dari suatu daerah geografi ekologi atau di suatu wilayah administratif tertentu yang menjadi pokok deskripsi sebuah buku etnografi, biasnya dibagi ke dalam bab-bab tentang unsur-unsur kebudayaan menurut suatu tata urut yang sudah baku. Susunan tata urut itu kita sebut saja kerangka etnografi. Unsur kebudayaan universal dibagi ke dalam lima bab, yaitu: (1) bahasa; (2) sistem teknologi; (3) sistem ekonomi; (4) organisasi sosial; (5) sistem pengetahuan; (6) kesesnan; dan (7) sistem religi.Setiap bab akan terdiri dari bagian-bagian khusus yang akan duraikan dengan lebh mendalam dalam sub-subbab, yaitu:
1. Lokasi, Lingkungan Alam, dan Demografi, meliputi : iklimnya, sifat daerahnya, jenis kepulauan, suhu dan curah hujannya.
2. Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa, dicari dengan mampergunakan tulisan para ahli prehistori yang pernah melakukan penggalian dan analisis benda-benda kebudayaan prehistori di daerah sekitar lokasi suku tersebut.
3. Bahasa
4. Sistem Teknologi, meliputi : alat-alat produksi, alat membuat api, senjata, wadah, makanan, pakaian, tempar berlndung dan perumahan, alat-alat transportasi.
5. Sistem mata pencaharian, meliputi : memburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang, menangkap ikan, dan bercocok tanam menetap dengan irigasi.
6. Organisasi sosial, meliputi : unsur-unsur khusus dalam organisasi sosial, sistem kekerabatan.
7. Sistem pengetahuan, tiap suku bangsa biasanya harus mempunyai pengetahuan tentang : alam sekitar, alam flora dan fauna, zat-zat, bahan mentah, tubuh manusia, sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia, ruang dan waktu.
8. Kesenian, meliputi : seni rupa (patung, relief, lukis/gambar, rias); seni musik (seni suara vokal, instrumen, sastra).
9. Sistem religi, meliputi : sistem religi (sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan, suatu umat yang menganut religi tersebut); sistem ilmu gaib (upacara keagamaan).
[p.s yang punya blog males ngedit jadi edit sendiri aja ye.]
Komentar
Posting Komentar