Resensi Novel Gerbang Dialog Danur




Judul : Gerbang Dialog Danur
Penulis : Risa Saraswati
Editor : Syafial Rustama
Penerbit : Bukune
Halaman; ukuran : 224; 14 x 20
Cetakan keenam, Januari 2016
Rate : 3,5 / 5
“ Ketika penciumanku
tertutup, sedangkan mata
hati terbuka lebar untuk
mereka yang biasa kalian
sebut. Hantu.”
Sinopsis novel :

Jangan heran jika mendapatiku sedang berbicara sendirian atau tertawa tanpa seorangpun telihat sedang bersamaku. Saat itu, mungkin saja aku sedang bersama salah satu dari lima sahabatku.Kalian mungkin tak melihatnya… wajar. Mereka memang tak kasat mata dan sering disebut… hantu. Ya, mereka adalah hantu, jiwa – jiwa yang penasaran atas kehidupan yang dianggap mereka tidak adil.Kelebihanku dapat melihat mereka adalah anugerah sekaligus kutukanku.kelebihan ini membawaku ke dalam persahabatan unik dengan lima anak hantu belanda. Hari – hariku dilewati dengan canda tawa peter, pertengkaran hans dan hendrick—dua sahabat yang sering berkelahi—alunan lirih biola William, dan tak lupa: rengekan si Bungsu Jahnsen.Jauh dari kehidupan “normal” adalah harga yang harus dibayar atas kebahagiaanku bersama mereka. Dan semua itu harus berubah ketika persahabatan kami meminta lebih, yaitu kebersamaan selamanya. Aku tak bisa member itu. Aku mulai menyadari bahwa hidupku bukan hanya miliku seorang…”
Namaku Risa. Aku bisa melihat mereka. Dan mereka, sesungguhnya, hanya butuh didengar.” 
– Risa Saraswati
Buku ini menceritakan perjalanan hidup Risa dari masa kanak-kanak sampai remaja. Perjalanan hidup menjadi seorang pendengar cerita yang baik bagi teman-temannya. Melihat dari sinopsis buku ini, kalian pasti sudah mengetahui siapa teman Risa, iya benar, hantu. Sejak kecil Risa sudah mendapatkan “anugerah” yang menurut saya luar biasa. Kenapa luar biasa? Karena anugerah tersebut belum tentu setiap manusia mendapatkannya. Balik lagi pada topik, teman-teman Risa semasa kecil adalah hantu-hantu belanda yang tentunya juga merupakan anak-anak, meraka ada 5 dan sebut saja namanya Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen. Iya benar, mereka semua laki-laki. Bahkan mereka bukan sekadar teman tetapi sahabat bagi Risa. Kelima sahabatnya itu mati karena penjajahan Jepang kepada Indonesia.


Awal pertemanan mereka terjalin saat Risa masih duduk dibangku sekolah kelas 5 SD dan saat itu Risa baru saja pindah dari desa ke kota Bandung. Risa bertempat tinggal bersama dengan nenek dan sepupunya dirumah peninggalan Belanda. Dari sinilah muncul pertemanan antara Risa dan kelima sahabatnya itu. Selama satu tahun berteman, Risa tidak menganggap kelima sahabatnya itu berbeda dengan Risa. Pada suatu hari Risa mendapatkan suatu pencerahan kemudian sadar bahwa kelima sahabatnya yang sering diajak ngobrol dan bermain hanyalah seonggok tulang belulang tanpa kepala yang bisa menapak di tanah, namun Risa tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Menurut Risa, kelima sahabatnya itu tidaklah berbeda dengannya, mereka membawa kebahagiaan serta mewarnai hidup Risa yang kebetulan jarang mempunyai teman di sekolah. Sudah beberapa tahun Risa dan kelima sahabatnya menjalin persahabatan yang sangat erat. Hingga sampai pada suatu waktu, Risa berjanji untuk mengakhiri hidupnya agar bisa hidup bersama dengan kelima sahabatnya. Ia mengemukakan janji itu hanya kepada salah satu sahabatnya yaitu Peter. Peter merupakan salah satu sahabat Risa yang dianggap sebagai ketua dari keempat sahabatnya yang lain. Malah sempat Risa jatuh hati kepada Peter yang berujung berjanji untuk bunuh diri. Percobaan bunuh diri Risa mulai dari meminum obat-obatan di warung dan menyakiti dirinya sendiri. Tetapi semua percobaan itu gagal dan Risa akhirnya menyerah untuk menepati janjinya pada Peter.

Peter pun kecewa kepada Risa. Peter yang dianggap sebagai ketua itupun mengajak keempat temannya untuk pergi meninggalkan Risa. Benar saja, akhirnya kelima sahabat Risa pun pergi entah kemana hingga meninggalkan Risa belasan tahun lamanya. Selama ditinggal oleh kelima sahabatnya, Risa mencoba untuk tidak memikirkan mereka dengan cara menyibukkan dirinya. Risa pun sudah mempunyai teman lainnya seperti Kasih, Edwin, Sarah, Elizabeth, Samantha, Ardiah, Teddy dan Jane. Tetapi menurut Risa mereka hanya meminta bantuan untuk menemukan keluarga mereka atau kekasih mereka. Semenjak kehilangan kelima sahabatnya Risa menjadi sangat rindu dan kesepian.

Hingga Risa dewasa ia tidak bertemu dengan kelima sahabat kecilnya itu. Risa sangat rindu sekali. Hingga pada saat itu tiba, Risa sedang rekaman lagu yang berjudul “Story of Peter” yang bercerita tentang kelima sahabat kecilnya itu. Pada saat rekaman Risa ingin sekali kelima sahabatnya mendengar Risa bernyanyi lagu tersebut. Ternyata pada nyanyian lirik kedua, kelima sahabat Risa tiba-tiba saja muncul dan ikut bernyanyi bersama Risa sebagai tanda mereka mendukung. Pada saat saya baca bagian ini, jujur saya terharu sampai saya ingin menitikkan air mata karena melihat seberapa dekatnya mereka sebagai sahabat. Risa sampai tidak percaya bahwa kelima sahabatnya itu datang lagi menemuinya. Bahkan hingga novel ini ditulis pun kelima sahabat Risa menemaninya. Sekarang novel ini telah dijadikan film yang ditonton hampir 3 juta penonton di Indonesia.

👌 Kelebihan :
Novel ini memiliki penulisan yang sangat rinci hingga membuat para pembaca merasa apa yang Risa rasakan. Ketika saya membaca novel ini, saya merasa ikut kedalam cerita novel tersebut

✌ Kekurangan :
Novel ini dicetak dengan kertas buram yang gampang sekali rusak bila terkena air dan robek.

📌 Berikut tampilan trailer film Danur 1 dan Danur 2



Komentar

Postingan Populer